Entah apa yang akan muncul dalam pikiran Anda saat pertama kali melihat foto Conchita Wurst ini? Tapi apapun itu, satu hal yang tentunya sudah pasti, Conchita Wurst merupakan pemenang Eurovision Song Contest 2014 yang diselenggarakan di Copenhagen, Denmark dengan lagu andalannya, "Rise Like a Phoenix".
>
Tumbuh dan dibesarkan di sebuah kota kecil bernama Bad Mitterndorf, di daerah pedesaan Styrian, Thomas menyatakan bahwa daerah pegunungan adalah tempat yang indah untuk tumbuh besar, tapi itu ia mempermudah prasangka seseorang untuk mengira dirinya sebagai homoseksual. "Menjadi remaja, seorang remaja yang disebut gay, di sebuah desa kecil, tidak lebih menyenangkan daripada menjadi bagian dari komunitas gay dan sebagian besar gay memiliki cerita yang sama dengan saya". Dari usia dini ia mengakui bahwa ia berbeda dari anak-anak lain, awalnya percaya bahwa ini adalah karena ada "sesuatu yang salah" dengan dia. Dia mengaku kadang-kadang memakai rok saat TK dan kemudian sekolah, meskipun demikian ia kemudian merasa bahwa dia hanya bisa senang melakukannya saat berada di loteng rumahnya. Ketika memasuki usia 14 tahun, Thomas pindah ke Graz untuk mengikuti ujian akhir dimana saat itu ia sangat terfokus pada dunia fashion. Dan ikon fashionnya ternyata adalah Victoria Beckham.

Latar belakang kemenangannya sendiri di ajang pencarian bakat Eurovision, diawali ketika pada 10 September 2013, penyiar nasional Austria ORF mengumumkan bahwa mereka telah memilih Conchita untuk mewakili Austria pada Eurovision Song Contest 2014, yang diselenggarakan di Kopenhagen, Denmark pada Mei 2014 lalu.
Dan meski sebelum Conchita, memang telah ada individu lain yang jelas dikenal publik sebagai LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender), namun kemenangan Conchita di ajang pencarian bakat Eurovision Song Contest 2014 ternyata berujung kontroversi hingga menimbulkan kecaman dari berbagai pihak. Kelompok konservatif, terutama di Eropa Timur, mengecam kemanangan Conchita yang dianggap seperti mendorong tumbuh kembangnya masalah homoseksualitas. Di Austria, empat hari setelah ORF mengumumkan keputusannya, lebih dari 31.000 orang telah mendukung halaman Facebook yang berjudul "Anti-Wurst". Petisi lain juga muncul di Rusia dan Belarus yang menyerukan penyiaran nasional masing-masing untuk mengedit kinerja Conchita ini dari kontes televisi; permohonan Rusia ini menegaskan bahwa Eurovision telah dianggap sebagai "sarang sodomi, di inisiasi liberal Eropa". Politisi Konservatif Rusia, Vitaly Milonov mendesak panitia seleksi Eurovision Rusia untuk memboikot kompetisi tersebut sebagai akibat dari inklusi Conchita Wurst, dan menggambarkan penampilannya sebagai "propaganda terang-terangan atas homoseksualitas dan pembusukan spiritual" dan menyebut Conchita sebagai sebagai "manusia cabul dari Austria". Sementara wakil Armenia untuk kontes, Aram Mp3, menyatakan bahwa gaya hidup Conchita adalah "tidak wajar" dan bahwa ia harus memutuskan apakah dia seorang pria atau wanita. Mengenai hal ini Conchita dengan tegas membalas berkomentar "Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak ingin menjadi seorang wanita. Saya hanya seorang pekerja dan anak yang sangat malas di rumah". Aram pun kemudian meminta maaf, dengan menyatakan bahwa komentarnya itu hanya dimaksudkan sebagai lelucon.
Dan tak hanya komentar "pedas", dukungan pun ternyata mengalir untuk Conchita, salah satunya adalah dari New Statesman yang menyatakan bahwa, "Suara untuk Conchita adalah suara untuk melawan homofobia dan transphobia Rusia, dan kemenangan ini akan mengirimkan pesan yang kuat menantang ke arah timur". Sedangkan International Business Times meminta dukungan suara bagi Conchita dari mereka yang juga tidak setuju pada homofobia. Dan bagi para aktivis LGBT, figur Conchita Wurst dianggap sebagai ikon bagi masyarakat LGBT Eropa

sumber:
Conchita Wurst
conchitawurst's Profile • Instagram
conchita wurst (@ConchitaWurst) | Twitter
Conchita Wurst | Facebook
Conchita Wurst | Eurovision Song Contest
Tentang Blog: TumaRima

0 Tanggapan untuk "Conchita Wurst: antara Prestasi dan Kontroversi"
Post a Comment