Jika membicarakan kue ulang-tahun, lengkap dengan lilin-lilin kecil yang menyala, pastinya hampir bisa dikatakan setiap orang di bumi ini pernah melihatmya. Hanya saja, pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, mengapa harus ada kue ulang-tahun? Mengapa juga harus diadakan acara tiup lilin? Darimanakah sebetulnya tradisi ini berasal? Apa pula maksudnya? Sederet pertanyaan yang mungkin belum pernah terlintas dan mungkin juga memang sepele ....
Kue bulat dengan berhiaskan lilin ternyata sudah dikenal sejak jaman Yunani Kuno, akan tetapi saat itu awalnya orang membuat sebuah kue bulat lengkap dengan lilinnya bertujuan untuk menghormati dewi Artemis. Dalam mitologi Yunani Kuno, dewi Artemis dikenal sebagai dewi perburuan, serta bulan (saudara kembarnya dewa Apollo, yang merupakan dewa matahari). Konon kue yang telah dihiasi lilin itu nantinya dibawa ke kuil Artemis dengan maksud untuk membuat mereka bersinar seperti bulan. Itulah simbol populer terkait dengan Artemis.
Selain itu ada juga pemahaman lain yang mengatakan bahwa asap yang dhasilkan dari permbakaran lilin-lilin tadi juga akan membawa doa-doa mereka ke langit. Hal inilah yang hingga kini masih dipercaya oleh banyak orang sebagai tradisi untuk membuat keinginan sebelum meniup lilin yang ada di kue ulang-tahun Anda. Cahaya dari lilin-lilin itu dipercaya sebagai "terang hidup", hingga akhirnya muncul juga tahayul yang berkembang tapi masih juga dipegang oleh sebagian besar masyarakat dunia. Ini berkaitan dengan jumlah lilin yang menyala di atas kue, dimana mewakili usia dari yang ber-ulang-tahun. Dan saat diminta diam untuk membuat suatu permohonan, dipercaya permohonan itu akan terkabul jika seluruh lilin yang tadinya menyala di atas kue bisa mati tertiup dengan satu kali tiupan. Sebaliknya, takkan terkabul jika masih tersisa lilin yang menyala.
Seiring berjalannya waktu, tradisi yang berasal dari jaman Yunani Kuno ini akhirnya berubah menjadi tradisi perayaan ulang-tahun seperti yang kita kenal saat ini. Perubahan ini dimulai di sebuah pesta perayaan ulang-tahun di abad ke-17. Di tahun 1746, Pangeran Ludwig Von Zinzindorf dari Marienborn, Jerman, merayakan ulang-tahunnya dengan festival mewah. Digambarkan pada saat itu, "ada sebuah kue terbesar yang bisa dibuat oleh sebuah oven atau pemanggang saat itu, dengan lubang yang dibuat sesuai dengan usia orang yang berulang-tahun, dan dihiasi dengan lilin dimana satu lilin berada di tengahnya." Sejak saat itu mulailah orang-orang Jerman menggunakan kue untuk merayakan ulang-tahun anak-anak dan disebut perayaan Kinderfest. Tapi kue yang dipakai saat itu masih berupa kue yang berlapis-lapis dengan bahan-bahan alternatif yang biasa digunakan untuk membuat kue manis kasar biasa, seperti yang biasa juga ditemukan dalam pembuatan roti.
Tradisi ini akhirnya mulai menyebar ke seluruh dunia dimana orang mulai mengenal kue ulang-tahun dan mulai menciptakan detail yang lebih rumit dengan hiasan juga dekorasi untuk setiap perayaan ulang-tahun. Pada abad ke-18, mulailah juga ditambahkan peralatan makanan serta masakan karena semua hal itu sudah lebih mudah di akses.
Kini kue ulang-tahun sudah dengan mudah ditemui dengan beragam model dan harga yang sesuai dengan kemampuan dan bisa dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.
Selain itu ada juga pemahaman lain yang mengatakan bahwa asap yang dhasilkan dari permbakaran lilin-lilin tadi juga akan membawa doa-doa mereka ke langit. Hal inilah yang hingga kini masih dipercaya oleh banyak orang sebagai tradisi untuk membuat keinginan sebelum meniup lilin yang ada di kue ulang-tahun Anda. Cahaya dari lilin-lilin itu dipercaya sebagai "terang hidup", hingga akhirnya muncul juga tahayul yang berkembang tapi masih juga dipegang oleh sebagian besar masyarakat dunia. Ini berkaitan dengan jumlah lilin yang menyala di atas kue, dimana mewakili usia dari yang ber-ulang-tahun. Dan saat diminta diam untuk membuat suatu permohonan, dipercaya permohonan itu akan terkabul jika seluruh lilin yang tadinya menyala di atas kue bisa mati tertiup dengan satu kali tiupan. Sebaliknya, takkan terkabul jika masih tersisa lilin yang menyala.
Seiring berjalannya waktu, tradisi yang berasal dari jaman Yunani Kuno ini akhirnya berubah menjadi tradisi perayaan ulang-tahun seperti yang kita kenal saat ini. Perubahan ini dimulai di sebuah pesta perayaan ulang-tahun di abad ke-17. Di tahun 1746, Pangeran Ludwig Von Zinzindorf dari Marienborn, Jerman, merayakan ulang-tahunnya dengan festival mewah. Digambarkan pada saat itu, "ada sebuah kue terbesar yang bisa dibuat oleh sebuah oven atau pemanggang saat itu, dengan lubang yang dibuat sesuai dengan usia orang yang berulang-tahun, dan dihiasi dengan lilin dimana satu lilin berada di tengahnya." Sejak saat itu mulailah orang-orang Jerman menggunakan kue untuk merayakan ulang-tahun anak-anak dan disebut perayaan Kinderfest. Tapi kue yang dipakai saat itu masih berupa kue yang berlapis-lapis dengan bahan-bahan alternatif yang biasa digunakan untuk membuat kue manis kasar biasa, seperti yang biasa juga ditemukan dalam pembuatan roti.
Tradisi ini akhirnya mulai menyebar ke seluruh dunia dimana orang mulai mengenal kue ulang-tahun dan mulai menciptakan detail yang lebih rumit dengan hiasan juga dekorasi untuk setiap perayaan ulang-tahun. Pada abad ke-18, mulailah juga ditambahkan peralatan makanan serta masakan karena semua hal itu sudah lebih mudah di akses.
Kini kue ulang-tahun sudah dengan mudah ditemui dengan beragam model dan harga yang sesuai dengan kemampuan dan bisa dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.
Tentang Blog: TumaRima
Artikel "Asal mula dibalik tradisi Kue Ulang Tahun", diterjemahkan atau ditulis ulang oleh admin blog TumaRima dari berbagai sumber. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan Anda. Dan jika Anda tertarik dengan postingan di atas, dimohon untuk tak lupa mencantumkan juga nama blog TumaRima sebagai sumbernya. Thank's
makasih ya kak infonya
ReplyDeleteMobil Truk Indonesia